Definisi
Kualitas
Banyak ahli yang mendefinisikan apa itu
kualitas. Menurut Juran, kualitas adalah Kecocokan penggunaan (1964),
kesesuaian dengan spesifikasi (1988). Menurut Crosby, kualitas adalah
kesesuaian dengan kebutuhan (1979). Menurut Feigenbaum, kualitas adalah
Komposisi total akan memenuhi harapan pelanggan (1983). Menurut Deming,
kualitas adalah Tujuan/sasaran pada kebutuhan pelanggan, sekarang dan di masa
mendatang (1986). Menurut Taguchi, kualitas adalah Kerugian yang dialami oleh
masyarakat (1986). Menurut ISO 9000 Totalitas dari ciri-ciri dan karakteristik
suatu produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhan eksplisit maupun tersirat
(1992).
Dari bebrbagai pendapat ahli tersebut,
kualitas bisa diartikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk
(barang atau jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan.
Kualitas sering kali diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan konsumen
atau sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan.
Tujuan dilakukannya pengendalian kualitas
adalah untuk memperbaiki kualitas produk dan menurunkan ongkos kualitas secara
keseluruhan.
Terdapat 2 pendekatan dalam pengendalian
kualitas:
1. On-line
Quality Control
2. Off-line
Quality Control
On-line
Quality Control
Merupakan suatu aktivitas untuk mengamati dan
mengendalikan kualitas pada setiap proses produksi secara langsung. Pendekatan
ini juga digunakan untuk mengontrol mesin-mesin produksi sehingga dapat
mencegah terjadinya kerusakan pada mesin-mesin produksi tersebut. Usaha-usaha
yang tercakup dalam on-line quality control adalah pengdiagnosaan dan
penyesuaian proses, pengontrolan proses, dan inspeksi hasil proses. Usaha-usaha
ini adalah pengendalian kualitas yang berlangsung saat proses produksi sedang
berjalan.
Ada beberapa metode dalam on-line quality
control, yakni :
·
Statistical Process Control
: Melakukan pengamatan, pengendalian,dan pengujian pada tiap tahap proses
produksi agar tidak dapat terjadi penyimpangan yang cukup besar.
·
Static Signal-to-Noise
Ratio: Mereduksi variasi dengan menggunakan aplikasi dari robust design untuk
memecahkan permasalahan dalam proses produksi.
·
Compensation : Berbagai
rencana pengendalian untuk menjaga agar proses yang terjadi sesuai dengan
target.
·
Loss Function-Based Process
Control : Pengurangan terhadap seluruh biaya produksi termasuk biaya per unit,
biaya inspeksi, dan biaya set-up yang diperlukan dalam pengendalian proses
serta quality loss yang diakibatkan oleh sisa variasi pada output.
Off-line
Quality Control
Pada bagian ini perancangan eksperimen
merupakan peralatan yang sangat fundamental, dimana teknik ini mengidentifikasi
sumber dari variasi dan menentukan perancangan dan proses yang optimal.
Pengendalian kualitas secara off-line quality control adalah usaha-usaha yang
bertujuan mengoptimalkan disain proses dan produk, sebagai pendukung usaha
on-line quality control. Usaha ini dilakukan baik sebelum maupun setelah
proses.
Rekayasa kualitas secara offline dibagi
menjadi tiga tahap:
1. Tahap
I Perancangan Konsep
Tahap
ini berhubungan dengan pemunculkan ide dalam kegiatan perancangan dan
pengembangan produk, dimana ide tersebut dari keinginan konsumen. Model atau
metode yang digunakan pada tahap ini antara lain:
ü Quality Function Deployment:
menterjemahkan keinginan konsumen ke dalam istilah teknis.
ü Pugh Concept Selection Process: Mengumpulkan dan menyajikan
informasi dari suatu system expert, dengan membandingkan beberapa keunggulan
dan kualitas suatu system expert, dengan membandingkan beberapa keunggulan dan
kualitas dari berbagai konsep untuk dikembangkan sehingga didapat konsep yang
superior.
ü Dinamic Signal-to-Noise Optimization: teknik untuk
mengoptimalkan engineering function, resulting in robust, dan tunable
technology.
ü Theory of Inventive Problem Solving: Suatu koleksi tool yang
didapat dari analisa literature yang berguna untuk membangkitkan pemecahan
masalah teknis yang inovatif.
ü Design of Experiments : Eksperimen faktorial penuh dan
faktorial parsial untuk dapat mengetahui efek dari beberapa parameter serentak.
ü Competitive Technology Assesment: melakukan benchmark
terhadap sifat robustnees dari teknologi pengembangan internal dan eksternal.
2.
Tahap
II Perancangan Parameter: Tahap ini berfungsi untuk mengoptimalisasi level dari
faktor pengendali terhadap efek yang ditimbulkan oleh faktor lain sehingga
produk yang ditimbulkan dapat tangguh terhadap noise. Karena itu perancangan
parameter sering disebut sebagai Robust
Design. Model atau metode yang digunakan dalam tahap ini antara lain:
Engineering analysis : Menggunakan pelatihan, pengalaman,
dan percobaan untuk menemukan variabilitas dan respon yang efektif.
ü Crossed Array Experiment : Sebuah perancangan ekperimen
khusus dengan cara memanfaatkan interaksi antara faktor kendali dan faktor
derau sehingga membuat sistem lebih tangguh.
ü Dynamic and Static Signal -to- Noise Optimization :
Mengoptimalkan suatu perancangan parameter untuk mengurangi variabilitas dengan
menggunakan perhitungan rasio signal-to-noise.
- Quality Loss Function: Persamaan yang menghubungkan variasi dari performansi biaya produk dengan level deviasi dari target.
- Analysisof Variance (ANOVA): Suatu teknis statistik yang secara kuantitatif menentukan kontribusi variasi total, yang dibentuk dari setiap faktor derau dan faktor kendali.
- Design of Experiments : Eksperimen faktorial penuh dan faktorial parsial untuk dapat mengetahui efek dari beberapa parameter seara serentak
Sumber :
No comments:
Post a Comment